Manusia dan Tanggung Jawab
Muhamad Royyan Zulfalah – 53417809
1IA01 – Ilmu Budaya Dasar
Pada umum dan
kenyataannya, menjaga hubungan antara orang tua dan anak, ketika menghadapi
anak masih dibilang balita atau anak-anak sebelum menginjak dewasa, sepertinya
relatif masih mudah untuk dilakukan. Akan tetapi, apabila anak sudah mulai
puber, banyak yang mengalami kerenggangan kontak. Mungkin dari pihak anak
sendiri yang sudah bisa menjaga privasi atau hal-hal yang menjadi rahasia pada
dirinya. Dan juga orang tua merasa canggung untuk lebih intim lagi
berkomunikasi dengan anaknya yang menginjak dewasa. Anak dikatakan bandel itu
biasa, tak lepas dari ketidak samaan pendapat antara ortu dengan anak. Mana
yang benar dan mana yang salah jika tanggapannya berbeda, so pasti nggak
bakalan nyambung!
Fenomena yang ada saat
ini masih banyak dijumpai ”Kurangnya kesejahteraan antara anak dengan orang
tua, ada anaknya yang menjadi korban kurang perhatian dari orang tua, dan ada
anak yang kurang memperhatikan orang tua, dan bahkan ada yang kedua-duanya!”
Itu jelas ada.
Orang banyak yang
bilang kalau di dunia ini tidak ada yang sempurna, akan tetapi dapat dipastikan
tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh seorang anak tidak lepas dari BUAH
DIDIKAN ORTU itu sendiri. Jadi, sebagai orang tua itu jangan kuper dan parno
ya…?
Mendidik anak sangat
baik dilakukan sejak dini, dan ada tiga point penting yang perlu dipegang oleh
setiap orang tua di dunia(bukan sekedar di Indonesia doang!) diantaranya
sebagai berikut…
1). Orang tua
bertanggung jawab untuk membentuk identitas anak itu sendiri (logika).
Secara garis besar
pada intinya orang tua harus bisa berkomunikasi dengan sehat terhadap
anak-anaknya. Dan keberhasilan jalinan komunikasi ini akan menghadirkan rasa
empati yang tinggi diantara keduanya, sehingga terciptalah rasa saling
menghormati satu sama lain. Apabila mendapati suatu masalah juga bisa
dirundingkan permasalahannya dengan bermusyawarah dari hati ke hati.
Komunikasi yang bagus dan rutin, akan menjadikan anak mampu mengenal identitas
tentang siapa dirinya yang sebenarnya. Termasuk siapa keluarga mereka, latar
belakang keluarganya, dan harapan yang ada dari keluarganya.
Contoh yang hebat
seperti ini misalnya; dari sebuah keluarga katakanlah keluarga X yang mana
orang tua tersebut bekerja sebagai pemungut sampah didesanya. Orang tua
itu mengatakan kepada anaknya untuk tidak merasa malu terhadap apa yang menjadi
pekerjaan orang tuanya sehari-hari. Akan tetapi, orang tua itu berpesan kepada
anaknya supaya mau rajin bekerja, berdo’a dan terus bersemangat dengan apapun
keadaannya.
Yang demikianlah,
identitas anak menjadi jelas dan anak akan memahami siapa dirinya.
2). Orang tua
bertanggung jawab terhadap psikologis anak(rasa).
Dalam hal ini, orang
tua harus menfokuskan mendidik mental anak. Maaf, terlepas kondisi fisik anak
mungkin ada yang kurang sempurna, terlepas anak yang mungkin memeiliki
keterbatasan seperti lambat menerima pelajaran di sekolahnya, atau pemalu
bergaul dengan orang lain dan berbagai jenis bentuk keterbatasan seorang anak
lainnya.
Untuk jiwa anak yang
bagus dan sehat, orang tua harus mampu menanamkan nilai spiritual, kekuatan
mental dan semangat untuk bertahan hidup(mempunyai cita-cita yang baik).
Spiritual disini bukan sekedar mengenalkan siapa Tuhannya, akan tetapi tentang
spirit jiwa yang didapatkan dari dalam. Memberitahukan bagaimana langkah yang
harus kita lakukan apa bila mendapati suatu masalah dengan bijak merupakan
jalan membangun kekuatan mental anak. Pernah kan kita mengenal sosok orang yang
disability tetapi berprestasi? Pernah juga kan kita mengenal orang yang pernah
mengalami pengalaman buruk dalam hidupnya akan tetapi tetap bisa survive?
Mereka bisa karena ada kekuatan dari dalam jiwanya(psikologisnya).
3). Orang tua
bertanggung jawab terhadap masa depan karier anaknya(aksi).
Berbicara tentang
masalah karier memang tidak dapat diprediksikan, tetapi yang terpenting dan
yang paling utama adalah minimal orang tua itu memberikan bekal terhadap
anak-anaknya sebuah motivasi dan tindakan secara nyata membiasakan anak untuk
bisa BEKERJA KERAS dan Anti PATAH SEMANGAT terhadap kondisi apapun.
Disiniah orang tua memantau anak dengan menumbuhkan kegigihan, keuletan, dan
ketangguhan untuk terus berusaha melakukan sesuatu dengan keikhlasan, rasa tanggung
jawab yang tinggi, mempunyai etos kerja. Jadi, sekalipun pada akhirnya anak
tidak memiliki status pendidikan yang tinggi, sekalipun keluarganya memang
berlatar belakang kurang mampu hanya dengan modal ”Mempunyai dedikasi keuletan
bekerja” dapat dipastikan seorang anak akan mempunyai masa depan yang cerah.
Di Indonesia ini
sangat gencar dengan yang namanya kehidupan rantau-merantau bukan?
Nah, coba pikirkan ya
bentuk sumbangan apa yang dapat diberikan oleh orang tua terhadap anaknya yang
paling berharga jika bukan didikan yang ada diatas ? Bersekolah yang jauh dari
keluarga juga dapat dikatakan merantau, selain merantau itu kebanyakan untuk
para pekerja.
Sedangkan hidup dalam
rantauan/jauh dengan keluarga tak dapat dihindari akanresiko tindakan
kriminalitas, bisa menjadi korban dan menjadi pelaku. Korban
penyimpangan seksual untuk perempuan, penganiayaan(tenaga kerja dalam atau luar
negeri), dari itu seorang perantau harus mempunyai mental yang benar dari orang
tuanya. Mental dari orang tua disini mengarah pada NILAI MORAL yang sehat.
Memang benar adanya bahwa kalau anak gagal ataupun anak berhasil, banyak orang yang mengaitkannya pada tanggung jawab yang gagal atau berhasil itu dari orang tua itu sendiri. Memang benar juga kalau tanggung jawab orang tua terhadap perkembangan sang anak sangatlah besar. Orang tua memang tidak hanya memenuhi kebutuhan lahiriah saja, namun juga harus memenuhi kebutuhan perkembangan jiwa dan kepribadian sang anak. Akan tetapi hal itu juga harus didukung oleh tanggung jawab dari sang anak itu sendiri juga, karena tanggung jawab seorang anak juga harus bisa menjaga nama baik orang tuanya. Apabila kita bisa menjadi anak yang menurut apa didikan orang tua dan menjadi anak yang bisa dibanggakan, maka sama saja kita sudah melaksanakan tanggung jawab itu.
Maka dari itu mulai dari sekarang marilah kita lebih bias bertanggung jawab menjadi anak yang lebih baik agar kita juga bias membantu orang tua kita memenuhi segala tanggung jawabnya dalam membentuk diri kita menjadi anak yang baik dan berguna di masyarakat.
Sumber :
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/11/03/jadi-orang-tua-jangan-kuper-duper-dan-parno-700501.html
Komentar
Posting Komentar